Dua hari terakhir, selalu terjadi keributan di Batam. Kemarin, adu kuat antar Brimob Polda Kepri dan Yonif 134 Tuah Sakti Kembali terjadi. Itu merupakan bentrokan kedua dalam dua bulan terakhir. sehari sebelumnya, keributan berlangsung pada unjuk rasa buruh menuntut revisi angka Upah Minimum Kota Batam 2015.
Saya datang ke lokasi siang hari karena melihat sejumlah buruh sudah meninggalkan lokasi. Di antaranya dengan dua unit truk. Setelah belok di pojok menara Masjid Raya ke arah Kantor Walikota Batam, ternyata masih ada ribuan massa buruh yang berkumpul di sana.
Lama tak mendokumentasikan aksi buruh, saya mengeluarkan kamera dan berbaur di tengah-tengah massa buruh. Saya mengambil gambar sebagai koleksi pribadi dan untuk kesenangan saya akan fotografi jalanan. Saya tidak menyerahkannya ke kantor. Batam Pos sudah menugaskan fotografer untuk meliput kejadian ini. Saya pun tak berniat menambah ramai koleksi foto yang akan dipertimbangkan untuk dimuat di koran.
Di bawah ini beberapa gambar yang saya ambil dalam peristiwa itu..
Saat saya sampai, pria ini sedang menyampaikan orasinya
Buruh tak hanya berkumpul di jalan depan Kantor Walikota. Mereka juga memenuhi halaman depan Kantor DPRD Batam.
Para buruh mendengar orasi dari halaman Kantor DPRD Batam
Sebagai pegawai yang instansinya sedang didemo para buruh, PNS Pemko Batam ini begitu santai berjalan di tengah-tengah demonstran.
Orasi terus berlangsung dan demonstran pun membentangkan tuntutan mereka.
Entah mengapa, suasana mendadak gelisah. Para garda depan serikat pekerja merapatkan barisan.
Di tengah riuhnya massa, saya mencoba mengambil beberapa foto portrait dan candid.
Saya pun berjumpa dengan Kang Cecep, fotografer Batam Pos yang sedang bertugas.
Di balik pagar Kantor Walikota Batam, petugas keamanan berjaga.
Ketika musik dangdut berdendang, bendera pun dikibarkan.
Lima belas menit dangdut mengalun, garda depan serikat pekerja melangkah mundur. Orator mempersilahkan massa buruh yang ingin mendekat ke gerbang kantor Walikota karena batas waktu yang mereka berikan telah habis. Suasana kembali tegang.
Bak skenario film, Walikota Batam muncul. Ia berdiri di atas kendaraan taktis dengan wajah tegang. Kepalanya menunduk.
Penjelasan walikota bahwa ia telah merevisi angka UMK 2015 dari Rp 2,6 juta menjadi Rp 2,8 juta tak diterima buruh. Botol air mineral pun melayang. Disertai batu. Polisi membalas dengan menembakkan gas air mata. Massa berhamburan.
Selesai mengambil foto ini, saya menurunkan kamera dan melihat batu melintas sejengkal di depan kepalaku.
Polisi terus menembakkan gas air mata. Yang terkena gas itu akan mrasa perih di mata, hidung, mulut, tenggorokan, dan kerongkongan. Itulah kenapa banyak yang segera membasuh kepala mereka di kolam Masjid Raya Batam.
Polisi terus berusaha membubarkan pendemo. Buruh yang tunggang langgang ternyata meninggalkan motor mereka. Sebagian dengan panik dan ketakutan mengambil motor mereka. Orator buruh memohon polisi tidak melakukan pengrusakan pada motor pekerja.
Ketika situasi dirasa aman, rombongan polisi meninggalkan lokasi.
Terima kasih sudah mampir hari ini.